Selasa, 03 Mei 2011

Aliran Energi

Aliran Energi

Cahaya matahari adalah sumber utama energi bagi kehidupan . energi memasuki sebagian besar ekosistem dalam bentuk cahaya matahari ,energi cahaya matahari ini diubah menjadi energi kimia oleh organisme autotrof,yang kemudian diteruskan keorganisme heterotrof dalam bentuk senyawa-senyawa organik dalam makanannya dan dibuang dalam bentuk panas. Energi kimia ini mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkatan trofik melalui jalur rantai makanan.Energi kimia yang diperoleh organisme digunakan untuk kegiatan hidupnya sehinggga tumbuh dan berkembang ,pertumbuhan dan perkembangan organisme menunjukkan energi kimia yang tersimpan dalam organisme tersebut.jadi setiap organisme melakukan pemasukan dan penyimpanan energi .Pemasukan dan penyimpanan energi dalam suatu ekosistem disebut produktivitas ekosistem yang terdiri dari produktivitas primer dan produktivitas sekunder.

Pengaturan energi suatu ekosistem bergantung pada produktivitas primer.

Ketika energi mengalir melalui suatu ekosistem ,banyak energi yang hilang disetiap tingkat trofik.
Produktivitas primer adalah kecepatan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan organik oleh organisme autotrof. Seluruh bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada organisme autotrof disebut produktivitas primer kotor (PPK) dan bahan organik yang tersimpan disebut produktivitas primer bersih (PPB)

Produktivitas sekunder adalah kecepatan energi kimia mengubah bahan organik menjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme heterotrof.Bahan organik yang tersimpan pada organisme autotrof dapat digunakan sebagai makanan bagi organisme heterotrof.Dari makanan ini organisme heterotrof memperoleh energi kimia yang akan digunakan untuk kegiatan kehidupan dan di simpan

SIKLUS KARBON

Siklus karbon


Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.
Neraca karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir dapat memberikan informasi tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida.

Karbon di atmosfer

Diagram dari siklus karbon. Angka dengan warna hitam menyatakan berapa banyak karbon tersimpan dalam berbagai reservoir, dalam milyar ton ("GtC" berarti Giga Ton Karbon). Angka dengan warna biru menyatakan berapa banyak karbon berpindah antar reservoir setiap tahun. Sedimen, sebagaimana yang diberikan dalam diagram, tidak termasuk ~70 juta GtC batuan karbonat dan kerogen
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
  • Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
  • Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump).
  • Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah (lihat bagian biological pump).
  • Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:
  • Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
  • Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
  • Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
  • Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
  • Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
  • Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.

Karbon di biosfer

Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
  • Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
  • Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
  • Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
  • Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.
  • Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping melalui proses sedimentasi.
  • Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers") dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen [1]. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan mengabaikannya.
Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala waktu yang berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian dan musiman, karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara langsung memengaruhi pemanasan global.

Karbon di laut

Berkas:AYool GLODAP DIC.png
Konsentasi DIC permukaan laut "saat ini" (1990-an) (dari the GLODAP climatology)
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:
H2CO3 H+ + HCO3

Model siklus karbon

Model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model iklim global, sehingga reaksi interaktif dari lautan dan biosfer terhadap nilai CO2 di masa depan dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini, baik dalam sub model fisika maupun biokimia (khususnya pada sub model terakhir). Model-model seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik yang positif antara temperatur dan CO2. Sebagai contoh, Zeng dkk. (GRL, 2004 [2]) menemukan dalam model mereka bahwa terdapat pemanasan ekstra sebesar 0,6 °C (yang sebaliknya dapat menambah jumlah CO2 atmosferik yang lebih besar).


Pustaka

  • SCOPE 13 The Global Carbon Cycle [3]
  • Janzen, H. H. (2004). Carbon cycling in earth systems—a soil science perspective. In Agriculture, ecosystems and environment, 104, 399 – 417.
  • Houghton, R. A. (2005). The contemporary carbon cycle. Pages 473-513 in W. H. Schlesinger, editor. Biogeochemistry. Elsevier Science.

Komunitas klimaks

a). Tahap – tahap suksesi
Proses suksesi dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
  1. Kolonisasi
    Merupakan suatu bentuk atau pendudukan atau penguasaan habitat oleh mahluk hidup. Syaratnya, makhluk hidup tersebut harus sampai pada lokasi dan mantap hidupnya ditempat tersebut.
  1. Modifikasi tempat
Merupakan pengubahan sifat-sifat tempat (habitat) yang dilakukan oleh koloni makhluk hidup.

b). Macam – macam suksesi
Para ahli ekologi menentukan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder

  1. Suksesi primer
      Suksesi primer terjadi jika komunitas asal terganggu secara total sehingga kemudian membentuk komunitas baru. Proses suksesi primer dapat dimulai pada permukaan lapisan batuan, Pasir, dan Perairan tergenang. Permukaan bantuan yang “Telanjang” bukanlah tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal suatu mahkluk hidup. Meskipun tempat tersebut sangat tidak nyaman, tetapi ada kelompok makhluk hidup tertentu yang mampu bertahan hidup. Kelompok makhluk hidup tertentu disebut komunitas pionir dan Adapun yang termaksud mahkluk hidup pionir antara lain adalah liken, ganggang, bakteri dan jamur.
      Pertumbuhan liken sangat lambat dalam ekosistem sederhana itu, liken berperan sebagai produser sehingga mengundang berbagai makhluk hidup kecil lainnya, untuk hidup ditempat tersebut. Selanjutnya, bahan – bahan pembentuk tanah menyatu membentuk lapisan tipis tanah sehingga dapat mendukung keberadaan jamur, beberapa jenis cacing, Insekta,Protozoa dan beberapa jenis tumbuhan kecil misalnya rumput). Tiap jenis dalam komunitas mini tersebut akan melangsungkan proses reproduksi, metabolisme, pertumbuhan, dan beberapa diantaranya mengalami kematian yang akan menambah materi organik untuk proses pembentukan tanah. Pada tahap demikian komunitas liken akan hilang dan digantikan oleh komunitas tumbuhan kecil yang hidup musiman (Perenial).
      Komunitas rumput perenial tidak akan lama bertahan. Komunitas tersebut akan digantikan oleh semak dan secara bergiliran akan digantikan lagi oleh pohon yang membutuhkan lebih banyak sinar matahari. Pada saat komunitas didominasi oleh pohon yang suka ditempat terbuka, biasanya dilapisan bawah akan tumbuh bibit / anakan pohon yang tahan naungan. Pada akhirnya, pohon yang tahan naungan tersebut tumbuh melebihi tinggi pohon yang suka sinar dengan pertambahan jumlah anakan pohon yang juga lebih banyak. Akibatnya, komunitas pohon yangsuka sinar matahari akan tergantikan oleh komunitas pohon tahan naungan. Komunitas terakhir ini biasayanya relatif stabil, tahan lama, jenis makhluk hidupnya lebih banyak dan lebih kompleks, dan di dalamnya berlangsung berbagai interaksi antar anggota komunitas. Komunitas demikian disebut komunitas klimaks.
      Komunitas klimaks merupakan akhir dari serangkaian proses seksesi. Artinya, komunitas demikian dapat dicapai setelah melalui beberapa tahap suksesi. Tiap-tiap tahap suksesi tersebut disebut tahap suksesional, sedangkan seluruh rangkaian tahapan suksesi dikenal dengan istilah sere. Beberapa ciri komunitas klimaks antara lain adalah sebagai berikut.




      a) Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup di dalamnya.
      b) Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam – macam bentuk interaksi
      Dibandingkan komunitas suksesional.
  1. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan. Laju proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun.Proses seksusi tidak hanya terjadi didaratan. Proses tersebut juga terjadi di perairan sehingga ada tumbuhan, proses seksusi juga terjadi pada mahkluk hidup lainnya. Suksesi pada hewan terjadi beriringan dengan proses suksesi pada tumbuhan.

  1. Tipe – Tipe Ekosistem
    Beberapa komunitas kecil jika digabung satu sama lainnya dapat membentuk bioma Bioma adalah suatu tipe ekosistem regional dengan komunitas serupa. Pada umumnya, dikenal dua tipe ekosistem utama yaitu ekosistem terestrial dan ekosistem akuantik. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti pembahasan berikut.
    a). Ekosistem terestrial (darat) dapat digolongkan ke dalam enam tipe bioma, yaitu bioma hutan musim, padag rumput gurun,taiga,tundra dan hutan tropik.
    1. Bioma hutan musim
      Bioma daratan yang berada dibelahan timur Amerika utara dikenal dengan bioma hutan musim atau hutan gugur. Pemberian nama bioma tersebut adalah berdasarkan ciri-ciri umum dari ditemukan tumbuhan bercirikan pohon keras seperti oak, beach dan maple yang mengugurkan daunnya pada musim gugur. Bioma hutan menutupi daerah yang sangat luas, mulai dari sungai Mississippi hingga Pantai Atlantik dan dari Florida hingga Kanada bagian Selatan. Tipe Bioma ini juga ditemukan di bagian Eropa dan Asia. Beberapa lokasi dalam sebuah bioma dapat berbeda satu terhadap yang lain sehingga di suatu daerah tidak ada tumbuhan yang tumbuh sepanjang tahun seperti di daerah yang lain atau sebaliknya.
2. Bioma padang Rumput
Disebelah barat dari hutan musim di Amerika Utara terdapat bioma padang rumput.
Curah hujan di bioma padang rumput tidak banyak memberikan dukungan bagi pertumbuhan
tumbuhan karena pada daerah tersebut terdapat aliran sungaiyang panjang sehingga air
tersedia dalam jumlah yang besar. Hewan yang ditemukan di daerah tersebut antara lain
adalah bison, anjing padang rumput, antelop, belalang dan ular. Suatu Bioma yang mirip
dengan padang rumput dikenal dengan sebutan sabana. Sabana adalah tipe bioma yang banyak
terdapat di Afrika Tengah dan beberapa bagian di Amerika Selatan.
  1. Bioma Gurun
        Daerah yang sangat kering dikenal sebagai gurun. Rendahnya curah hujan tersebut merupkansalah satu karakteristik bioma gurun. Beberapa gurun mempunyai panas yang sangat extrim, sedangkan yang lain dapat sangat dingin sepanjang tahun. Pada daerah tersebut suhu udara mengalami fluktuasi sepanjang hari. Ketika matahari tenggelam, suhu daratan berubah dengan cepat menjadi dingin. Sebaliknya pada siang hari suhu udara sangat tinggi suhu udara sangat tinggi (dapat mencapai 45° C).
        Karakteristik Bioma gurun lainnya adalah adanya tumbuhan yang tersebar dan semak-semak yang bergelombol dengan daun-daun nya yang mengalami reduksi atau tidak berdaun.

VEGETASI

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
  1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
  2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.

Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systimatic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu.

Pengertian fenologi

Fenologi Secara Umum

Fenologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh iklim atau lingkungan sekitar terhadap penampilan suatu organisme atau populasi. Aspek utama yang dipelajari adalah bagaimana alam berubah sejalan dengan perjalanan siklus waktu/musim. Ilmu ini dapat dianggap sebagai bagian dari ekologi dan biogeografi.
Fenologi mempelajari penampakan aktivitas tumbuhan yang terjadi secara berkala pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Fenologi sebagai ilmu pengetahuan hingga saat ini masih berdasar pada hasil observasi tentang tahapan perkembangan tumbuhan (phenophase) eksternal yang tampak, seperti perkecambahan biji, pembungaan, perubahan warna daun, gugur daun dan semi daun. Pengamatan fenologis akan lebih baik jika dapat dilengkapi dengan data deferensiasi anatomis maupun aktifitas biokimia pada tumbuhan. Data fenologis dapat memberikan informasi yang bernilai ekologis misalnya tentang karakter spesies pada suatu daerah dan pengaruh perubahan musim terhadap aktifitas tumbuhan.
Fenologi berkaitan erat dengan adaptasi sedangkan adaptasi rendah dapat mempengaruhi eksistensi tumbuhan di suatu tempat dan membatasi penyebaran geografis tumbuhan tersebut. Untuk kepentingan terapan, aktifitas fenologi tumbuhan seringkali dipakai sebagai indicator adanya perubahan musim yang bersifat timbal balik dengan perubahan aktifitas tumbuhan, karena adanya sinkronisasi antara musim dan aktifitas fenologi tumbuhan. Sebagai contoh, ketika musim bunga randu berlangsung, telah dikenal secara popular bahwa telah terjadi “musim dingin”, yaitu suatu periode waktu dimana suhu rata-rata di bawah suhu normal. Padahal fenomena yang terjadi kemungkinan besar justru “musim dingin” itulah yang memicu sehingga pohon randu berbunga. Pohon randu biasanya berbunga setelah terjadi gugur daun.
Salah satu keluaran yang dihasilkan dari kajian fenologi adalah kalender fenologi, semacam penanggalan yang didasarkan pada penampilan/perilaku berbagai organisme. Sebagai misal, keluarnya laron dari lubang-lubang di tanah menandai dimulainya musim penghujan atau ramainya suara tonggeret menandakan bahwa musim penghujan telah berakhir.Kalangan pertanian juga mempelajari fenologi untuk mengenal berbagai gejala yang muncul akibat penyakit fisiologis tertentu.

EKTUM

Ekologi Tumbuhan


Dasar-dasar ilmu Ekologi Tumbuhan perlu memahami berbagai istilah istilah terkait Ekologi.


*Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi dari organisme atau individu atau kelompok individu terhadap lingkungan atau sebaliknya (Hanum, 2009).
*Populasi adalah kumpulan dari organisma-organisma sejenis yang dapat berbiak silang (Hanum, 2009).
*Komunitas adalah kumpulan dari beberapa populasi yang hidup disuatu areal tertentu (Hanum, 2009).
*Ekosistem adalah satu unit tunggal dari komuniti tumbuhan dan hewan bersama-sama dengan semua faktor-faktor fisik dari lingkungan yang ada di dalamnya.


Suksesi menurut Campbell dalam bukunya yaitu Biologi Jilid III Adisi V adalah suatu proses yang disebabkan oleh gangguan dalam komunitas. Perubahan dan struktur komunitas adalah yang paling jelas terlihat setelah beberapa dangguan seperti kebakaran atau ledakan gunung berapi. daerah yang terganggu itu bisa dikolonisasi oleh beberapa varietas spesies, yang secara perlahan dapat digantikan oleh suksesi spesies lain. peralihan seperti itu dalam spesies selama waktu ekologis menunjukkan suatu proses yang disebut suksesi ekologis. Suksesi Ekologis dapat dibagi 2, yaitu:
1. Suksesi Primer
  Jika dimulai dari daerah yang hampir tidak memiliki kehidupan. dimana tanah masih belum pernah terbentuk, seperti pada sebuah pulau vulkanis baru atau pada reruntuhan yang ditinggalkan oleh glasier.
 Gambar 1 : sebuah suksesi primer dari vulkanis baru atau reruntuhan yang ditinggalkan oleh glasier.
2. Suksesi Sekunder
  Jika dimana suatu komunitas pada saat ini telah hilang oleh beberapa gangguan, yang hanya meninggalkan tanah yang masih tetap utuh. Sebagian daerah itu kembali seperti bentuknya semula. Sebagai contoh hutan yang telah ditebang dan dibersihkan untuk pertanian, jika ditinggal akan mengalami suksesi sekunder.
 Gambar 2 : Suksesi sekuder hutan yang telah ditebang dan dibersihkan untuk pertanian kemudian ditinggalkan.
Apa saja faktor yang menentukan rentetan suksesi tersebut? Kompetisi antara spesies-spesies tunggal untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia adalah salah satu kemungkinannya. karena ketersediaan sumberdayanya berubah menurut perjalanan suksesi, spesies yang berbeda bersaing lebih baik pada tahapan yang berbeda. Tahapan suksesi awal  seringkali ditandai oleh spesies yang terseleksi oleh r yang merupakan pembentuk koloni yang lebih baik karena fekunditasnya yang tinggi dan mekanisme penyebarannya yang sangat baik. Banyak organisme tersebut dapat dijelaskan sebagai spesies "pelarian" atau "gulma" yang tidak bersaing dengan baik, kecuali pada daerah yang mengalami gangguan.

Toleransi kondisi abiotik dalam suatu daerah tandus dan gundul mempengaruhi komposisi spesies selama tahapan awal suksesi. Beberapa perubahan dalam struktur komunitas selama suksesi dipengaruhi oleh "inhibisi" atau penghambatan beberapa spesies oleh spesies lain melalui kompetisi eksploitatif, kompetisi interferensi, atau keduanya. kehadiran organisme juga mempengaruhi lingkungan abiotik dengan cara mengubah kondisi lokal. Hal ini bisa mengakibatkan fasilitasi, dimana kelompok organisme yang mewakili satu tahapan suksesional pertengahan (intermediet) setelah es menghilang dari permukaan tanah. Baik inhibisi maupun fasilitasi, dapat terlibat selama proses suksesi.

DAFTAR PUSTAKA
Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman, USU Press : Medan